Studi Kitab Rijal al-Hadis: Usd al-Ghabah
PENDAHULUAN
Sebagai
sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an,[1] Hadits
sangatlah berperan penting dalam khazanah keilmuan Islam. Sehingga mengkajinya
memerlukan telaah spesifik yang syarat akan sebuah metodologis ilmiah. Hal ini
disebabkan adanya jarak waktu yang cukup panjang antara Nabi—yang menjadi Centre
Figure dalam memunculkan Hadits—dengan
generasi setelahnya. Karena faktor inilah kemudian muncul beberapa diskursus
keilmuan yang secara spesifik membahas status kualitas Hadits, baik dilihat
dari segi matan maupun sanad.
Ilmu Rijal al-Hadits memberikan sebuah
tawaran metode dalam menelisik kualitas Hadits yang ditinjau dari segi sanad.
Dalam ilmu ini dikaji biografi para perawi yang kemudian diberikan sebuah
penilaian dari segi intelektualitas dan juga dari sisi personalitas. Para Ulama
klasik sangat antusias dalam mengembangkan Ilmu ini. Hal ini terbukti dengan
banyaknya karya-karya spektakuler yang mengkaji tentang kehidupan para perawi
yang meriwayatkan sebuah Hadits.
Salah satu karya tersebut ialah Kitab Usd
al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah[2]
yang ditulis oleh Ulama Hadits sekaligus sejarawan terkemuka pada abad 6-7
H. Dalam karya tersebut diungkap biografi para perawi dari kalangan shahabat.
Adalah 'Izzuddin Abu al-Hasan Ali
bin Abu al-Kirom Muhammad bin Muhammad bin 'Abd al-Karim bin 'Abd al-Wahid al-Syaibany
(yang kemudian dikenal dengan Ibn al-Atsir)
sebagai muallif kitab tersebut.
Namun kegelisahan akademis mengalir begitu
deras ketika kita membaca judul dari kitab ini, Usd al-Ghabah fi Ma’rifah
al-Shahabah. Bukankah dalam khazanah keilmuan Hadits perspektif Sunny semua
shahabat adalah orang yang adil yang tidak dibutuhkan lagi penelitian apalagi
pencelaan (al-Jarhu)? Lantas mengapa dalam kitab ini secara khusus
membahas sahabat? Apakah Ibn al-Atsir mempunyai dimensi pemahaman
berbeda dalam menilai shahabat? Pertanyaan ini terjawab dalam muqaddimahnya
yang menyatakan bahwasannya ditulisnya kitab ini hanya semata-mata dengan
tujuan memberikan data sejarah tentang para sahabat, baik dari segi sejarah
kehidupan (yang mencakup nama, nasab, tahun kelahiran, tahun wafat, tempat
tinggal), dan juga beberapa data sejarah tentang pelawatan sahabat dalam
mencari dan juga meriwayatkan Hadits-hadits Rasulullah saw yang kemudian
ditujukan untuk mengetahui ketersambungan sanad dengan perawi-perawi setelahnya
(Tabi’in, tabi’ al-Tabi’in, dst.). Tanpa adanya penilaian tentang
kualitas personalitinya maupun kapasitas intelektualitasnya.
Tujuan selanjutnya, Ibn al-Atsir berusaha
menghadirkan informasi tentang jumlah para sahabat, kendati terjadi banyak
perselisihan mengenai hal ini. Kemudian beliau mengemukakan bahwa hal ini
dianggap penting dikarenakan pada masa sepeninggal Rasulullah banyak sahabat
yang munafik atau bahkan murtad. Jadi ketika kita menerima Hadits dari orang
yang hidup di masa Nabi, kita bisa mengetahui beliau termasuk dari golongan
sahabat atau bukan.
Namun
tak banyak informasi yang dapat disajikan dalam makalah sederhana ini.
Penysusun berusaha mengungkap kandungan isi mqaddimah dari kitab Usd al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah sejauh
pemahaman yang diperoleh. Yang sudah barang tentu terdapat banyak kekurangan,
baik secara redaksional, maupun secara kandungan. Adapun mengenai sistematika
pembahasan penyusun membaginya dalam beberapa sub pembahasan. Yaitu :
1.
Biografi Muallif
2.
Kerangka Pembahasan Kitab
3.
Sistematika Penulisan
4.
Keunggulan Kitab
A. BIOGRAFI
MUALLIF
'Izzuddin Abu al-Hasan Ali bin Abu al-Kirom Muhammad
bin Muhammad bin 'Abd al-Karim bin 'Abd al-Wahid al-Syaibany, demikianlah nama
lengkap dari pengarang kitab Usd
al-Ghabah fi Ma’rifah al-Shahabah. Beliau terkenal dengan sebutan Ibnu Al-Atsir
Al-Jazary. Kata "Al-Jazary" berasal dari nama suatu daerah yaitu
jazirah Ibnu 'Umar.
Ibn al-Atsir lahir pada 5 Jumad al-Awal tahun
555H/1160M.[3]
di jazirah dan wafat pada tahun 630H di muwasshal. Lahir di keluarga akademis
sehingga ayahnya sangat mengutamakan pendidikannya, beliau menghafal al-Qur’an,
dan juga belajar Ilmu Qira’at di masa kecilnya. Kemudian beliau melanjutkan
studinya di kota Muwasshal setelah kepindahan keluarganya dari kota Jazirah Ibn
Umar untuk menetap selamanya. Beliau belajar Hadits (dan juga menerima
periwayatan) dari Abi al-Fadl Abdillah
bin Ahmad dan juga dari Abi al-Faraj
Yahya al-Tsaqafy. Beliau juga aktif dalam beberapa majlis keilmuan yang
diselenggarakan di beberpa masjid-masjid dan madrasah-madrasah di kota itu.
Namun dirasa kurang cukup, beliau kemudian melanjutkan perlawatannya dalam
menimba Ilmu ke negeri Baghdad dan berguru kepada beberapa Ulama Besar pada
masa itu, diantaranya: Abu al-Qasim Ya'basy bin Al-Shadaqah Al-Faqih
Al-Syafi'i dan Abu Ahmad 'Abdul Wahhab bin 'Ali Al-Shufi dan kepada beberapa Ulama lain yang ada di
negeri itu. Tidak berhenti sampai disitu, setelah menyelesaikan studinya
di Baghdad beliau melanjutkan pengembaraannya ke Negeri Syam dan Quds untuk
kemudian kembali ke negeri asalnya (al-Muwasshal) guna mengarang beberapa
karya-karya ilmiahnya.[4]
Keilmuan
yang ditekuninya ialah keilmuan Hadits dan juga sejarah. Kapasitas keilmuannya
sudah tidak diragukan lagi, kemampuannya menghafal banyak Hadits dan juga
data-data sejarah baik sejarah klasik hingga kontemporer menjadikannya Ulama
yang masyhur dalam bidang Hadits dan sejarah. Dan dalam bidangnya inilah beliau
menghasilkan beberapa karya. Diantaranya :
Ø Tarikh Al-Muwashshal
Ø Usd Al-Ghabah Fi Ma'rifah Al-Shahabah
Ø Al-Lubab fi Tahdzib
al-Ansab
Ø Al-Kamil Fi Al-Tarikh
Kembali kepada
keluarganya, Ibn al-Atsir mempunyai dua saudara, yaitu yang pertama kakak
laki-laki yang bernama Mujiduddin Abu Al-Sa'adat. Lahir pda tahun 544 dan wafat
pada tahun 606. Jami' Al-Ushul fi Ahadits Al-Rasul dan Al-Nihayah Fi
Gharib Al-Hadits Wa Al-Atsar merupakan
buah karyanya yang sekaligus mengukuhkannya bahwa beliau salah satu Ulama
terkemuka pada masa itu. Yang satunya ialah adik beliau yang bernama Dliya'uddin
Abu Al-Fath Nashrullah. Lahir pada tahun 557 di Jazirah dan wafat pada tahun
637 di Baghdad. Beliau juga merupakan salah satu Ulama dalam bidang sastra,
khususnya balaghah. Kitab karangannya adalah Al-Mitsl Al-Said Fi Adab
Al-Katib Wa Al-Sya'ir dan Al-Wasyi Al-Marqum Fi Hil Al-Mandhum.
B. KERANGKA
PEMBAHASAN KITAB
a.
Latarbelakang Penulisan Kitab
Mengenai
sejarah dan juga latarbelakang penulisan kitab ini telah disinggung di atas.
Namun penyusun sekedar memberikan tambahan informasi bahwasannya kitab ini merupakan
kompilasi dari beberapa Kitab yang ditulis sebelumnya. Yaitu ;
v Ma’rifah al-Shahabah karya
Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah al-Ashfahaniyyan
v Al-Ishti’ab fi Ma’rifah al
Ashab karya Abu Umar Yusuf bin Abdillah bin Muhammad bin Abd al-Bar
v Ma’rifah al-Ashab karya
Ibn Manduh
v Al-Dzail ala Ma’rifah
al-Ashab yang juga karya Abu Musa
Ibn
al-Atsir berusaha melengkapi data-data dan juga menjdaikannya satu kesatuan
utuh, sehingga memudahkan pembaca dalam mempelajari Ilmu Rijal ini.
b. Sejarah Rasulullah saw
Meskipun Kitab ini merupakan kitab Rijal,
namun di dalamnya juga terdapat kisah Rasulullah saw. Dan dalam bab ini terbagi beberapa sub bahasan yang terbagi
atas beberapa peristiwa pernting yang terjadi pada masa Rasul.
c.
Fashl
Pembahasan ini mencakup beberapa Hadits Rasul tentang
beberapa permaslahan yang diambil dari karya Ulama-ulama sebelumnya.
Diantaranya : Tafsir al-Qur’an al-Majid li Abi Tsa’labi, al-Ahad wa
al-Matsany li Ibn Abi Ashim dsb.
d.
Biografi para Shahabat (7554
orang)
Biografi ini dihadirkan dengan urutan alphabetis. Dan dari
huruf-huruf tersebut terbagi atas beberapa sub bab, yang mengklasifikannya
berdasarkan urutan huruf setelahnya. Misal bab Hamzah, maka setelah itu ada sub
bab alif ba’da hamzah, ba’ ba’da hamzah, dst. Terdapat juga di dalamnya
beberapa bab dan pembahasan tersendiri mengenai beberapa event yang masyhur di
kalangan sahabat dan juga masyarakat luas seperti halnya perang badar, hijrah
ke Madinah, dll.
e. Kitab al-Kuna
Dalam pembahasan ini penyusunan nama-nama
shahabat berdasarkan nama kunyahnya, bukan berdasarkan nama asli. Namun tetap
dalam kerangka alphabetis
f.
Kitab al-Nisa’
Pembahasan
ini yang menurut penyusun cukup menarik, karena beliau memberikan porsi khusus
dan dalam kapasitas yang cukup besar dalam memberikan informasi-informasi
tentang perawi perempuan dari kalangan sahabat. Bahkan ada dua tema besar lagi
setelah kitab al-Nisa’ ini. Mungkin hal ini jarang ditemui di kitab-kitab Rijal
lain, karena perawi perempuan setelah masa sahabat terus mengalami penurunan
dari segi jumlah. Sehingga kitab-kitab Rijal yang lebih komprehensive (tidak
hanya kalangan sahabat) tidak memberikan porsi yang sama besar seperti ini.
g.
Al-Kuna min al-Nisa’
al-Shahabiyyat
Pembahasan
ini secara khusus mengklasifikasikan perawi-perawi perempuan yang masyhur
dengan nam kunyahnya.
h.
Asma’ al-Nisa’ al-Majhulat
Berisi
tentang nama-nama sahabat yang majhul (tidak terlalu diketahui keberadaannya).
Bedanya dengan mubham, mubham tidak menyebutkan nama, hanya menyebutkan inisial,
fulan, imroatun, dll. Dan apabila majhul, terdapat namanya, namun tidak
diketahui yang mana orangnya.
C. SISTEMATIKA
PENYUSUNAN KITAB
Kitab
ini merupakan Kitab Rijal yang memuat data sejarah mengenai para perawi (khusunya
dari kalangan Shahabat) yang dipaparkan secara alphabetis. Sehingga memudahkan
pembaca dalam mencari nama sahabat yang hendak dicari. Namun terkadang dalam
kitab ini juga terdapat penyusunan nama sahabat yang diurutkan berdasarkan
nasabnya, bukan nama asli. Beliau juga menyertakan keterangan apabila
menyebutkan perawi yang memiliki nama yang sama dengan perawi lainnya. Dan
apabila ada seorang sahabat yang masyhur dengan penisbatan kepada selain
bapaknya, maka ditulis berdasarkan nama yang masyhur tersebut. Seperti pada
contoh Syarik bin Al-Suhama’, nama tersebut ialah nama ibunya, namun juga
dicantumkan keterangan tentang nama asli bapaknya.
Selain
itu, juga ada pengelompokkan sahabat yang pernah ketemu nabi secara langsung,
dan juga beberapa kejadian-kejadian perang. Hal itu semua hanyalah untuk
memudahkan pembaca dalam mencari perawi
yang diinginkan.
Dan
karena kitab ini merupakan kitab kompilasi dari empat kitab yang ditulis
sebelumnya, maka beliau memberikan rujukan sumber yang diambil berdasarkan nama
pengarangnya.Yakni:
·
Ibnu Manduh (د)
·
Abu Nu'aim (ع)
·
Ibnu 'Abd al-Bar (ب)
·
Abu Musa (س)
Dan apabila disebut kata Tsalatsah maka merujuk
kepada tiga yang pertama.
D. KEUNGGULAN
KITAB
v Memiliki keunggulan dibanding empat kitab sebelumnya, sehingga
data-data yang disampaikan lebih lengkap dan dapat menyempurnakan yang
sekiranya kurang jelas dalam empat kitab tersebut.
v Biografi para sahabat ditulis berdasarkan alphabet 'huruf
hija'iyah' karena dalam kaitan susunan hakekat keilmiahan, urutan, dan
ketetapan sumber-sumber hal sejarah, masyarakat arab lebih dahulu mengetahui
dibanding dengan orang eropa.
v Terdapat keterangan tentang nama-nama yang serupa dalam
penulisan akan tetapi berbeda dalam pengucapan.
v Keterangan kosakata gharib (asing) yang sekiranya membutuhkan
sebuah penjelasan.
v Adanya pembenaran terhadap kesalahan pada orang-orang pendahulu
pada akhir biografi
v Adanya rumus-rumus dan ruju' agar lebih gampang difahami
v Adanya pengulangan nama rawi. Misal: rowi sudah disebutkan dalam
abjad Mim, akan tetapi tidak menuntut kemungkinan akan muncul pada kelompok
kunyah atau yang lainnya.
SIMPULAN DAN PENUTUP
Dari
sekelumit penjelasan di atas, kiranya dapat diambil beberapa point penting dari
Kitab Usd al-Ghabah ini. Beberapa
diantarnya :
v
Kitab Usd al-Ghabah dikarang
oleh 'Izzuddin Abu al-Hasan Ali bin Abu
al-Kirom Muhammad bin Muhammad bin 'Abd al-Karim bin 'Abd al-Wahid al-Syaibany
yang hidup pada 6-7 H.
v
Berisi 7554 biografi sahabat dan juga sejarah kehidupan Rasulullah saw.
v
Kitab ini merupakan
gabungan sekaligus penyempurnaan dari empat kitab sebelumnya yang masing-masing
ditulis oleh Ibnu Manduh, Abu Nu'aim , Ibnu 'Abd al-Bar, dan Abu Musa.
v
Disusun berdasarkan nama
secara alphabetis dan juga berdasarkan beberapa golongan, peristiwa, dan juga
berdasarkan kunyah.
v
Memiliki kelengkapan data
yang lebih dibanding empat kitab terdahulunya.
v
Ketika sumber diambil dari
salah satu kitab empat tersebut, terdapat rujukan yang jelas (kutipan) sehingga
bukanlah suatu langkah plagiasi karya orang lain.
Tidak
ada karya tulis yang sempurna di dunia ini kecuali al-Qur’an. Termasuk makalah
ringkas ini yang membahas tentang mukaddimah dan sedikit menyinggung isi dari
Kitab Usd al-Ghabah fi Ma’rifah
al-Shahabah ini tentunya banyak sekali kelemahan. Baik itu dari segi
lemahnya analisis yang disampaikan, kurangnya data yang disajikan, ataupun
kata-kata yang terkadang terkesan kurang bisa memahamkan. Penyusun berharap
akan ada karya yang jauh lebih hebat yang mengupas tajam isi kitab-kitab klasik
yang tidak ternilai kandungan mutiara ilmu di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi. 2003. Metodologi Ilmu Rijalil Hadits.
Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah.
Al-Jazary, Ibnu
Al-atsir. 1980. Usd
Al-Ghabah Fi Ma'rifah Al-Shahabah. _______ : Dar Al-Syu'by
Warson, Ahmad. 1997. Al-Munawwir. Surabaya:
Pustaka Progressif
Sumber
lain :
www.wikipedia.com/Ibnal-Atsir.html/
diakses pada senin/05/10/09.
www.muntadayatubanitamim.com/tarjamahibnal-atsiral-muarrikh.html
diakses pada senin 05/10/09.
[1]
Suryadi, Metodologi Ilmu Rijalil Hadits, (
Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2003) hlm.1
[2]
Usdul ghabah makna literalnya ialah singa-singa Hutan. Usdun merupakan bentuk
jamak dari asadun. Lihat kamus Al-Munawwir. A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), hlm. 23
[3]
www.wikipedia.com/Ibnal-Atsir.html/
diakses pada senin/05/10/09.
[4]www.muntadayatubanitamim.com/tarjamahibnal-atsiral-muarrikh.html
diakses pada senin 05/10/09.
0 komentar:
Posting Komentar