Hampir Tak Merdeka*


Aku hidup di atas tanah. . .
Yang mampu mengubah tongkat . . .
Menjadi pohon berbuah . . .

                        Aku tinggal di bagian bumi. . .
                        Yang tak henti dialiri. . .
                        Air jernih. . .               

Aku dilahirkan di Negara. . .
Yang katanya. . .
Paling subur di dunia. . .

                        Di negeriku, tersimpan, , ,
                        Emas, intan, dan batu permata. . .

Negeriku memiliki lautan. . .
Yang ikannya tak habis. . .
Dimakan tujuh turunan. . .

                        Negeriku kaya. . .
                        Ya. . .
                        Kaya. . .
                        Tapi rakyatnya tak pernah sejahtera. . .

Negeriku subur. . .
Tapi manusianya. . .
Jauh, . . .
Dari kata makmur. . .

Mereka bilang. . .
Negeriku itu paru-paru dunia. . .
Tapi paru-paru kami sendiri. . .
Tak bisa bernafas lega. . .

Kita merdeka. . .
Enam puluh sembilan tahun lamanya. . .
Tapi apa  ? ? ?

Makan masih minta. . .
Beras kita tak punya...

                        Tidak sadar kah kita ? ? ?
                        Bangsa lain. . .
                        Sedang tersenyum sinis. . .
                        Di atas kemerdekaan kita. . .

Tidak ingatkah kita ? ? ?
Tiga ratus lima puluh tahun. . .
Belanda menjajah. . .
Hanya karena rempah-rempah. . .

                        Tapi kini. . .
                        Kita harus mendatangkannya. . .
                        Dari negeri tetangga. . .


  

Lantas apakah yang hendak kau teriakkan ? ? ?
Reformasi ?
Revolusi ?
Atau kah demokrasi ?

                        Itu semua tak ada arti. . .
                        Jika tak kuasa. . .
                        Mengisi perut bangsa kita sendiri. . .
                        Dengan yang kita miliki. . .
                        Dengan segala yang tumbuh. . .
                        Dari tanah ini. . .
                        Tanah Indonesia. . .

Tidak kah kita lihat ? ? ?
Sawah-sawah kini. . .
Ditanami gedung-gedung megah. . .
Hutan-hutan ditumbuhi swalayan waralaba. . .
Para pemilik modal, , , menari-nari. . .
Di atas puing reruntuhan lumbung padi. . .

                        Dalam kelaparannya. . .
Petani hanya bisa berucap:
“sabar buk, sabar nak”
Tuhan tidak tidur. . .



Haruskah kita diam dan menunggu ? ? ?
Tidak kawan. . .
Tidak . . .
Bangunlah. . .
Bangkitlah. . .
Revolusi ini belum selesai. . .

                        Jangan biarkan sawah kita. . .
                        Digerus oleh keserakahan. . .
                        Jangan relakan tanah subur kita. . .
                        Hanya ditumbuhi gedung pencakar langit menjulang tinggi. . .

Kita bangsa mandiri. . .
Tanam apa yang ingin dimakan. . .
Makan apa yang telah ditanam. . .
Itulah filosofi bangsa ini. . .

                        Jika padi tak mencukupi. . .
                        Gantilah dengan ubi. . .


                                                                                                Bintuhan, 17 Juni 2014


*Puisi dipentaskan dalam launching buku Bupati Kaur, Dr. Ir. H. Hermen Malik, M.Sc., "Melepas Perangkap Impor Pangan", di Auditorium Gedung Bulog Jakarta.

1 komentar:

  1. 10+ Best Casino Websites for Poker and Live Dealer Games
    Best Casino Websites · 1. Ignition Casino - mini billiards table Best Poker Site for 1xbet 먹튀 Live Poker · 먹튀검증 2. w88 코리아 Bovada - Best Real Money 벳 365 우회 접속 Poker Site · 3. Ignition Casino - Best

    BalasHapus